-->

ASAL MULA KERAJAAN BINAMU (Bag. 4 Habis)

Jufri Daeng Nigga | 12:55 PM | |
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Pertempuran Meletus
==================
Genderang perang pun ditabuh. Pihak Turatea yang dari awal sudah menyadari akan kehebatan prajurit Gowa, mulai menempatkan prajuritnya di pos-pos yang telah ditentukan. Divisi I yang bertugas di gunung Se’rukang segera membagi pasukannya menjadi tiga bagian dan menempatkannya masing-masing: di sebelah utara gunung Se’rukang sebanyak 600 personil, sebelah selatan 600 personil, dan disebelah barat sebanyak 800 personil.
Begitu juga divisi-divisi lainnya, segera menempati posnya masing-masing. Ada divisi yang berjaga di Marayoka, sementara divisi lainnya bertugas di gunung Maya. Di samping itu, ada juga divisi yang bertugas menjaga pusat pertahanan yakni, Istana Layu, serta beberapa pasukan pengintai yang ditugaskan ke wilayah pantai untuk mencari informasi kedatangan pasukan Gowa di bagian pesisir.
Di Se’rukang, pasukan Turatea mengorganisasikan diri secara rapi dan terselubung, sehingga ketika pasukan Gowa datang, mereka tidak menyadari keberadaan mereka. Dan ternyata strategi ini berhasil, karena pasukan Gowa yang sudah berada di wilayah Se’rukang tidak menyadari akan bahaya yang mengancam. Mereka bermaksud menjadikan gunung Se’rukang sebagai kubu pertahanan untuk menyerang Layu, tapi toh mereka salah strategi.
Ketika jarak mereka tinggal beberapa langkah lagi, tiba-tiba pasukan Turatea atas perintah panglima divisi, menyerang dengan sengit dan sporadis. Serangan yang tak diduga ini menyebabkan pasukan Gowa kaget bukan kepalang. Mereka tidak sempat menyusun kekuatan dengan baik, sementara serangan yang mereka terima benar-benar di luar dugaan. Akhirnya mereka terpaksa bertempur meskipun tanpa strategi yang matang.
Beberapa saat kemudian, pasukan Gowa terjepit. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata pasukan Turatea, bukan hanya yang mereka lawan saat ini. Tapi dari arah utara dan selatan gunung Se’rukang, muncul sekelompok pasukan mengepung pasukan Gowa yang mulai kewalahan. Mereka kocar-kacir. Dan dengan sisa-sisa pasukan yang ada, mereka bergerak ke arah utara untuk menyelamatkan diri. Mereka bermaksud ingin bergabung dengan pasukan Gowa lainnya yang berada di Marayoka.
Tapi belum sempat mereka bergabung, pasukan Turatea yang ada di Marayoka yang berjumlah 1000 personil menghadang mereka. Pertempuran kembali berkecamuk. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, mereka bertempur mati-matian melawan pasukan Turatea yang kian bersemangat. Dan benar-benar nasib sial bagi pasukan Gowa. belum sempat mereka kalahkan pasukan Marayoka, tiba-tiba muncul pasukan dari Se’rukang, yang ternyata masih mengadakan pengejaran terhadap pasukan Gowa yang lari tersebut. Bersatu dengan pasukan marayoka, sehingga pada akhirnya pasukan Gowa di Marayoka menyerah karena sudah tak berdaya. Mereka ditawan dan dipasung disana.
Sementara di tempat lain, di gunung Maya. Pertempuran pun begitu sengit. Pasukan Gowa yang bergerak ke gunung Maya, disambut oleh pasukan Turatea yang bermarkas disitu. Mayat-mayat bergelimpangan di kedua belah pihak. Tak satupun yang mau menyerah. Hingga pada akhirnya, pasukan Gowa di gunung Maya merasa kewalahan dan menyerah, karena disamping mereka menghadapi pasukan yang bermarkas disitu, mereka juga menghadapi pasukan dari Se’rukang dan Marayoka yang segera bergabung bersama-sama setelah berhasil mengalahkan pasukan Gowa di Marayoka.
Di tempat lainnya lagi, di pesisir pantai di waktu malam. Sekelompok pasukan Gowa dengan jumlah personil yang tidak kurang dari 2000 pasukan, berlabuh disana. Pasukan pengintai yang melihat itu, segera melapor ke Istana Layu sebagai pusat pergerakan. Panglima perang Turatea, Daenta Bontongnga, segera meresponnya dengan cepat. Oleh karena itu, sebanyak 2000 personil dikirim ke wilayah pesisir untuk membendung bergerakan pasukan Gowa.
Pertempuran di wilayah pesisir pun terjadi. Karena pertemuran terjadi di malam hari, maka pasukan Turatea memakai kain putih dilehernya sebagai tanda pengenal. Pertempuran kian seru. Kedua belah pihak saling serang, saling teriak, dan saling membunuh. Perahu-perahu Gowa banyak yang hancur. Darah dan mayat bergelimpangan dimana-mana hingga pertempuran berlangsung di siang hari.
Semakin lama bertempur, pasukan Turatea kian bertambah sementara pasukan Gowa kian berkurang. Hal ini menyebabkan pasukan Gowa kewalahan. Bantuan pasukan di darat yang mereka harapkan tidak pernah terwujud karena ditumpas terlebih dahulu oleh pasukan Turatea. Terpaksa mereka menyerah dan sisa-sisa pasukan yang mereka miliki dijadikan tawanan perang oleh pihak pasukan Turatea.
Dengan menyerahnya pasukan Gowa, baik yang di darat maupun di pantai, maka berakhirlah peperangan dengan menyisakan kerugian besar di kedua belah pihak, terutama pihak Gowa sebagai pihak yang kalah perang. Tapi meskipun perang berakhir, permusuhan masih tetap berlangsung lama hingga beberapa bulan kemudian.
Tapi setahun kemudian, diadakanlah perjanjian damai kedua belah pihak. Pasukan Gowa yang ditahan di Layu dikembalikan ke Gowa, dan Turatea sudah bebas membentuk kerajaan sendiri sebagaimana yang diperjuangkan selama ini, yaitu KERAJAAN BINAMU.
Begitulah… Kerajaan Binamu yang bersumber dari kare Layu telah terbentuk. Sebuah kerajaan otonom dan berdiri sendiri, tanpa harus mengabdi ke Gowa dan mengikuti kehendak Sombayya ri Gowa lagi. sekian…<joe>

4 komentar:

  1. Apa ada bukti sejarah terjadinya Perang antara pasukan dari Kerajaan Gowa dengan pasukan dari Turatea? Tahun berapa terjadinya perang tersebut?

    BalasHapus
  2. Referensi tdk mencantumkan angka thn terjadinya peperangan, tp jika dihubungkan dgn pelantikan raja pertama, kayaknya terjadi sekitar tahun 1600-an (abad ke-17). untuk bukti berupa prasasti atau monumen mgkn tdk ada. tp konon, nama kmpg MARAYOKA di Bangk Brt diambil dr kata "Marrang" (teriak) dan "Ayoka" (pasungan). krn prajurit Gowa yg kalah perang berteriak2 krn dipasung. wallahu a'lam.

    BalasHapus
  3. Marayoka terletak di Bangkala Kanda bukan di Bangkala Barat. :D sekedar info.

    BalasHapus
  4. dari sejarah kami orang sumbawa bahwa tercatat ada seorang permaisuri dari kerajaan bugis binamu telah melarikan diri ke sumbawa dengan membawa putra putrinya dan dayang-dayangnya ketika suaminya sebagai raja meninggal dan digantikan oleh adik iparnya, karena kecewa permaisuri tersebut melarikan diri kesumbawa bersama anak-anaknya dan anak-anaknya menikah sama adipati kerajaan sumbawa, salah satu anaknya yang perempuan bernama lala saragialu daeng talebang, dan keturunanya sampe sekarang banyak disumbawa

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!