-->
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Makassar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Makassar. Tampilkan semua postingan

Terjemahan Surah Al-Fatihah Dalam Bahasa Makassar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Surah Al-Fatihah merupakan surah yang pertama kali diturunkan secara lengkap diantara surah-surah lainnya dalam Alquran. Termasuk surah Makkiyah yang terdiri dari 7 ayat. Dinamakan surah Al-Fatihah karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Alquran.

Saya tertarik menterjemahkan surah Al-Fatihah ini ke dalam bahasa makassar, karena adanya salah seorang peserta didik yang mempertanyakannya. Meskipun ini bukanlah satu-satunya terjemahan yang paten, namun mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua….


1.  Nisero kanai arenna Allah Ta’ala, Karaeng lammoroka massare na sarrowa mangngamaseang.
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).

2.  Sikamma pammujia Allah Ta’ala ngasengji pata.
(Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam).

3.  Karaeng lammoroka massare na sarrowa mangngamaseang.
(Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).

4.  Karaeng iyya ampatangi allo ribokoa.
(Yang menguasai hari pembalasan).

5.  Ikauji Karaeng kusomba, siagang Ikau tonji Karaeng tampa’ pappala tulungku.
(Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan).

6.  Sarea pappijo’jo Karaeng mange ri a’rungang malambusuka.
(Tunjukilah kami ke jalan yang lurus).

7.  (Iami antu) a’runganna tau le’ba nusarea dalle’ pappinyamang; Teai (a’runganna) tau iyya nusarea pakkalarro, siagang teai tongi (a’runganna) tau niaka malingu.
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
=============================================

Asal Usul Aksara Lontara

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Bahasa Makassar merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki aksara tersendiri. Keberadaan aksara ini merupakan suatu berkah dan keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokal, karena dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia, tidak semuanya memiliki aksara seperti yang dimiliki oleh masyarakat makassar tersebut. Aksara ini sering disebut dengan AKSARA LONTARA.

Menurut sejarah, aksara lontara pertama kali dibuat oleh Daeng Pammate pada abad 14 silam. Seorang putra Gowa kelahiran Lakiung yang hidup pada masa pemerintahan Karaeng Tumapa’risi Kallonna. Ia terkenal dengan kepandaiannya, sehingga ia diberi amanah oleh Karaeng Tumapa’risi Kallonna untuk menjabat sebagai syahbandar dan Tumailalang (Urusan Dalam Negeri) kerajaan Gowa.

Aksara yang dibuat oleh Daeng Pammate tersebut pada mulanya bernama Lontara Toa atau Lontara Jangang-Jangang, karena bentuknya yang menyerupai burung (jangang-jangang). Tapi lama kelamaan, karena terpengaruh dengan budaya Islam yang mulai dianut oleh kalangan istana pada abad ke 19, maka aksara tersebut mengalami perbaikan dan penyempurnaan menjadi Lontara Bilang-Bilang seperti yang ada hingga sekarang ini.

Konon, huruf yang dipakai dalam aksara lontara berasal dari huruf Pallawa (Dewanagari), salah satu turunan huruf Brahmi Kuno yang berasal dari India. Hal ini tidak mengherankan karena memang Brahmi Kuno merupakan cikal bakal dari semua aksara di India dan juga di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara (Indonesia).

Menurut anggapan masyarakat Makassar, huruf lontara dilatarbelakangi oleh suatu kepercayaan atau falsafah “Sulapa’ Appa” (empat persegi alam semesta), yakni: Butta (tanah), Je’ne (air), Anging (angin), dan Pepe’ (api). Demikian pula, kemungkinan besar Daeng Pammate menciptakan huruf lontara karena berangkat dari kepercayaan tersebut.

Dikatakan aksara lontara, karena huruf-hurufnya ditulis dengan menggunakan daun lontar (siwalan) sebagai pengganti kertas. Meskipun pada saat itu daun lontar bukan satu-satunya media yang dapat dijadikan bahan untuk menulis, tapi diyakini hanya daun lontar yang dapat tahan lebih lama dan lebih mudah disimpan karena tidak banyak makan tempat.
===============================

Ini Dia Pancasila Versi Makassar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Apakah Anda merasa orang Makassar? Apakah di era Informasi ini, bahasa Makassar Anda masih bisa diandalkan? Hemmmhh,,, saya tidak yakin sa’ribattang!
Hehehe, bukan maksud memandang remeh sesama orang Makassar. Tapi jangan sampai Anda salah satu dari orang-orang yang menurut pepatah “Kacang Lupa Akan Kulitnya”. Baru sejam meninggalkan kampung halaman sudah mulai pintar ma’logat… hahahaha….
Padahal, seluruh dunia tahu kwok kalo lu itu orang kampung, lahir di kampung, makan nasi orang kampung, tidur di tikar orang kampung, makanya muke lu muke orang kampung… Hehehe…
Tapi kok malah gue yang ma’logat… gimana seh?
Tapi sabar sa’ribattang, bukan itu intinya...
Disini, saya cuma ingin membagi-bagi rezeki Tuhan. Karena saya tidak mau dibilangin orang kikir ….hehehe! Apaan seh?
Ini dia rezekinya sa’ribattang. PANCASILA VERSI BAHASA MAKASSAR…
Sempat salah seorang diantara Anda belum tahu, kalau ternyata Pancasila juga bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Makassar.
Ini saya dapat ketika iseng-iseng browsing di Internet… cekidot…!

LIMA PASSALA’

(Se're). Annyombaki Ri Karaeng Mase'reya
(Rua).  Accera Sitongka-tongka Ri Lalang Panngadakkang
(Tallu). Abbulo Sibatang Ri Pa'rasanganta
(Appa'). Na Iyya Rakyaka Ammile Wakkele Poro  
             Lanngatoroki Sikamma Rupa Taua
(Lima). Adelekki Mange Ri Sikamma Tuma'buttaya

 ***

Ini versi aslinya (bahasa Indonesia):

PANCASILA

(1).  Ketuhanan yang Maha Esa
(2).  Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
(3).  Persatuan Indonesia
(4).  Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam                       
       Permusyawaratan/Perwakilan
(5).  Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

***

Bagaimana? cocoki toh? hehehe...***