-->

POLITIK PRAKTIS: Kejam Tapi Asyik

Jufri Daeng Nigga | 12:53 AM |
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Tidak ada pengertian defenitif yang dapat dijadikan rujukan normatif untuk memaknai dunia politik praktis. Kita hanya disuguhi sebuah realitas sosial dimana seseorang mempertaruhkan harga diri, waktu, tenaga, pikiran dan -tentu saja- uang, untuk mencapai apa yang didambakan yakni kemenangan dan kekuasaan.

Politik praktis adalah sebuah dunia ketika segala itikad, motif, kepentingan, dan ambisi, hadir bersamaan dan saling berhimpit untuk memperebutkan kekuasaan. Secara kasat mata, kekuasaan yang dimaksud tak lain adalah jabatan, kedudukan atau posisi. Namun secara implisit, yang diperebutkan sesungguhnya adalah otoritas dan wewenang untuk membuat keputusan-keputusan publik.

Dulu, ketika paham demokrasi belum terkonsepsi seperti sekarang ini, politik praktis tak lain adalah “perang atau benturan fisik” antara dua kubu atau lebih yang saling menghancurkan untuk memperebutkan kekuasaan. Tapi ketika konsep demokrasi politik telah membumi seperti saat ini, politik praktis telah menyerupai sebuah pertarungan yang saling melakukan pembunuhan karakter, saling menghancurkan taktik dan strategi, saling menyerang basis-basis teritorial, dan saling berlomba mendapatkan simpati publik.

Ada beberapa karakter dasar politik praktis yang dapat kita saksikan hari ini, diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut:

1.  Tidak Ada Yang Pasti
Bahwa tidak ada yang pasti di dunia politik praktis kecuali ketidakpastian dan kepentingan itu sendiri. Berbeda dengan urusan ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan militer. Dalam urusan politik praktis, tidak ada epistemologi, strategi, metode, taktik, atau pola-pola pemikiran dan tindakan yang pasti. Semuanya selalu berubah setiap saat mengikuti anasir kontekstual yang sedang eksis di dalamnya. Jadi tidak mengherankan jika cara terbaik untuk memahami dunia politik praktis adalah dengan cara mengalaminya sendiri.

Kita mungkin masih ingat bagaimana Harmoko yang dulunya selalu minta restu ke Soeharto setiap akan melakukan kegiatan kenegaraan, tiba-tiba mengeluarkan statement yang menyudutkan posisi Soeharto di akhir rezim Orde Baru. Atau kita bisa simak ketika Amien Rais dan Gus Dur yang sebelumnya tampil bak saudara kembar untuk menduduki posisi politik paling penting di negara ini, yakni Ketua MPR RI dan Presiden RI, belakangan tiba-tiba menjadi dua tokoh sentral yang saling berhadap-hadapan. Bagaimana bisa seorang Amien Rais tiba-tiba ikut menjatuhkan Gus Dur dan kemudian menggantikannya dengan Megawati yang nota bene sejak lama tak pernah “akur” dengannya?

Jawabannya adalah itulah politik praktis. Di dalamnya urusan kesetiaan dan solidaritas sesungguhnya tak lain hanya soal kecocokan di masa-masa penantian menjelang datangnya masa cekcok.

2.  Seperti Bermain Judi
Yah, berpolitik praktis seperti layaknya bermain judi, karena di dalamnya dipertaruhkan apa saja untuk mengalahkan lawan. Dalam proses memenangkan pertarungan dan tentu saja ambisi untuk mengalahkan lawan, dunia politik praktis menciptakan seni dan game yang indah, menggairahkan dan sekaligus mengasyikkan. Tak ada perasaan jenuh dan bosan dalam membicarakannya. Kita bisa melihat, bagaimana para elit dan praktisi politik rela duduk berjam-jam hingga tengah malam, sambil mengepulkan asap dan menghabiskan bercangkir-cangkir kopi, demi untuk membincang dan membedah urusan politik praktis.

Ada semacam rasa ketagihan yang bertalu-talu yang muncul dalam diri para pemain politik praktis. Kalah dalam percaturan politik, akan menimbulkan rasa penasaran yang pada gilirannya ingin mengulanginya lagi meskipun sudah terlukai. Sebaliknya, menang di meja judi politik, tentu saja akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa dan akan semakin ketagihan karena sudah terbius dengan nikmatnya kekuasaan, selalu dihormati, disegani, ditakuti dan bahkan dipuja-puja.

Di panggung politik kita sehari-hari, sangat banyak contoh bagaimana rasa ketagihan politik seperti itu tampak pada kiprah para politisi kita. Di tingkat Nasional, para elit Orde Baru yang “pernah” kalah dalam front kompetisi politik di pasca Orde Baru, kembali mulai bermunculan dan seolah tak mau jera untuk memainkan peran-peran penting dalam event Pilpres dan dalam berbagai event Pilkada dan Pileg di daerah-daerah.

3.  Penuh Kekerasan dan Tipu Daya
Dalam hidup ini, jika Anda hidup lebih tenang dan damai, maka pastikan Anda tidak berada di dunia politik praktis. Karena di ranah ini, Anda tidak akan pernah merasakan tidur pulas di malam hari, dan bakal kurang tenang bekerja di siang hari. Selain menghayalkan nikmatnya menjadi orang yang dipuja dan berkuasa mengatur jabatan, proyek, dan uang (bila menang tentunya), pikiran Anda juga akan selalu dihantui oleh lawan-lawan politik Anda.

Anda akan sibuk menangkis negative campaign, mengklarikasi black campaign, meluruskan isu-isu, melayani konstituen, memikirkan para pembelot, menyenangkan hati tim sukses, dan lain sebagainya. Sebab Anda benar, bersih, dan baik sekalipun, Anda akan tetap dianggap salah, kotor, bengkok, dan buruk oleh lawan-lawan politik Anda. Mengharapkan belas kasihan dan meminta gencatan senjata dari lawan politik Anda, sama saja Anda akan menggantang asap. Tak ada tenggang rasa, belas kasihan, apalagi cinta dalam urusan kompetisi politik. Karena pada hakekatnya, politik praktis itu kejam.

Bahkan selain kejam, ranah politik praktis juga dipenuhi tipu muslihat. Di era “politik keemasan” sekarang ini, apapun dapat dapat direkayasa melalui media teknologi dan dikemas dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan politik itu sendiri.

Demikianlah keadaannya di dunia politik praktis, setiap orang yang eksis di dalamnya harus siap menghadapi kerumunan orang-orang ambisius yang haus kekuasaan dan kemenangan. Orang-orang seperti itulah yang biasanya tidak mengenal belas kasihan, dan selalu berpikir bagaimana Anda bisa celaka, gagal, dan kalah yang pada akhirnya hancur tanpa sisa.<joe>
======================================================

Artikel Lainnya:

7 komentar:

  1. Jadi apa pentingnya bangsa ini bagi mereka ya ?

    BalasHapus
  2. Tulisan ini tulisan bagus, tapi pesimis. Tidak ada Yang Pasti, Seperti Bermain Judi, Penuh Kekerasan dan Tipu Daya, sebetulnya bukan cuma gambaran dari Politik Praktis, tapi adalah gambaran dari separuh kehidupan ini. Ada separuh yang lain : Optimisme, Perjuangan, Keadilan, Kejujuran , Etika , Moral, Kebaikan , Kesejahteraan, dan seterusnya. Juga, Politik Praktis sebetulnya adalah bagian dari "demokrasi". Upaya berbeda pendapat dengan damai. Proses yang berkelanjutan. Alternatif lain demokrasi belum kelihatan. Sebagian orang baik yang berputus asa, yang cuma bisa melihat sisi tidak sempurna proses damai ini, sesat masuk dalam bujukan syaitan iblis : menyembelih orang lain yang berbeda pendapat dengannya (ISIS).

    BalasHapus
  3. Kalau begitu tidak akan pernah ada kata ikhlas mereka terhadap bangsa dan negara ini.Kasian negeriku ini,lingkaran kemiskinan,lingkaran kebodohan,dan lingkaran kurang gizi akan semakin menjadi lingkaran -lingkaran yang tak ada jalan keluarnya.Karena yang pintar sibuk sikat menyikat.

    BalasHapus
  4. Politik di ibarat suatu permainan judi.... mk sgl cara boleh dilakukn ntuk tujuan menang , tp ingat cara melakukn kecurangan jgn sp lwn tahu saat msh berada dimeja judi... krn apapun bs terjadi.

    BalasHapus
  5. Where can I play sports toto in New Jersey? - Sporting 100
    What is Sports Toto 익산 출장안마 In New 진주 출장마사지 Jersey? I have been betting on horse 삼척 출장안마 racing for more than a decade. 메이저 토토 사이트 While there have been no major online sports 구미 출장샵

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!