Pertempuran
Meletus
==================
Genderang perang pun
ditabuh. Pihak Turatea yang dari awal sudah menyadari akan kehebatan prajurit Gowa,
mulai menempatkan prajuritnya di pos-pos yang telah ditentukan. Divisi I yang
bertugas di gunung Se’rukang segera membagi pasukannya menjadi tiga bagian dan
menempatkannya masing-masing: di sebelah utara gunung Se’rukang sebanyak 600
personil, sebelah selatan 600 personil, dan disebelah barat sebanyak 800
personil.
Begitu juga
divisi-divisi lainnya, segera menempati posnya masing-masing. Ada divisi yang berjaga
di Marayoka, sementara divisi lainnya bertugas di gunung Maya. Di samping itu,
ada juga divisi yang bertugas menjaga pusat pertahanan yakni, Istana Layu,
serta beberapa pasukan pengintai yang ditugaskan ke wilayah pantai untuk mencari
informasi kedatangan pasukan Gowa di bagian pesisir.
Di Se’rukang, pasukan
Turatea mengorganisasikan diri secara rapi dan terselubung, sehingga ketika
pasukan Gowa datang, mereka tidak menyadari keberadaan mereka. Dan ternyata
strategi ini berhasil, karena pasukan Gowa yang sudah berada di wilayah Se’rukang
tidak menyadari akan bahaya yang mengancam. Mereka bermaksud menjadikan gunung
Se’rukang sebagai kubu pertahanan untuk menyerang Layu, tapi toh mereka salah
strategi.
Ketika jarak mereka
tinggal beberapa langkah lagi, tiba-tiba pasukan Turatea atas perintah panglima
divisi, menyerang dengan sengit dan sporadis. Serangan yang tak diduga ini
menyebabkan pasukan Gowa kaget bukan kepalang. Mereka tidak sempat menyusun
kekuatan dengan baik, sementara serangan yang mereka terima benar-benar di luar
dugaan. Akhirnya mereka terpaksa bertempur meskipun tanpa strategi yang matang.
Beberapa saat
kemudian, pasukan Gowa terjepit. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa
ternyata pasukan Turatea, bukan hanya yang mereka lawan saat ini. Tapi dari
arah utara dan selatan gunung Se’rukang, muncul sekelompok pasukan mengepung
pasukan Gowa yang mulai kewalahan. Mereka kocar-kacir. Dan dengan sisa-sisa
pasukan yang ada, mereka bergerak ke arah utara untuk menyelamatkan diri. Mereka
bermaksud ingin bergabung dengan pasukan Gowa lainnya yang berada di Marayoka.
Tapi belum sempat
mereka bergabung, pasukan Turatea yang ada di Marayoka yang berjumlah 1000
personil menghadang mereka. Pertempuran kembali berkecamuk. Dengan sisa-sisa
tenaga yang ada, mereka bertempur mati-matian melawan pasukan Turatea yang kian
bersemangat. Dan benar-benar nasib sial bagi pasukan Gowa. belum sempat mereka
kalahkan pasukan Marayoka, tiba-tiba muncul pasukan dari Se’rukang, yang
ternyata masih mengadakan pengejaran terhadap pasukan Gowa yang lari tersebut. Bersatu
dengan pasukan marayoka, sehingga pada akhirnya pasukan Gowa di Marayoka menyerah
karena sudah tak berdaya. Mereka ditawan dan dipasung disana.
Sementara di tempat
lain, di gunung Maya. Pertempuran pun begitu sengit. Pasukan Gowa yang bergerak
ke gunung Maya, disambut oleh pasukan Turatea yang bermarkas disitu. Mayat-mayat
bergelimpangan di kedua belah pihak. Tak satupun yang mau menyerah. Hingga pada
akhirnya, pasukan Gowa di gunung Maya merasa kewalahan dan menyerah, karena
disamping mereka menghadapi pasukan yang bermarkas disitu, mereka juga
menghadapi pasukan dari Se’rukang dan Marayoka yang segera bergabung
bersama-sama setelah berhasil mengalahkan pasukan Gowa di Marayoka.
Di tempat lainnya
lagi, di pesisir pantai di waktu malam. Sekelompok pasukan Gowa dengan jumlah
personil yang tidak kurang dari 2000 pasukan, berlabuh disana. Pasukan pengintai
yang melihat itu, segera melapor ke Istana Layu sebagai pusat pergerakan. Panglima
perang Turatea, Daenta Bontongnga, segera meresponnya dengan cepat. Oleh karena
itu, sebanyak 2000 personil dikirim ke wilayah pesisir untuk membendung
bergerakan pasukan Gowa.
Pertempuran di
wilayah pesisir pun terjadi. Karena pertemuran terjadi di malam hari, maka pasukan
Turatea memakai kain putih dilehernya sebagai tanda pengenal. Pertempuran kian
seru. Kedua belah pihak saling serang, saling teriak, dan saling membunuh. Perahu-perahu
Gowa banyak yang hancur. Darah dan mayat bergelimpangan dimana-mana hingga pertempuran
berlangsung di siang hari.
Semakin lama
bertempur, pasukan Turatea kian bertambah sementara pasukan Gowa kian
berkurang. Hal ini menyebabkan pasukan Gowa kewalahan. Bantuan pasukan di darat
yang mereka harapkan tidak pernah terwujud karena ditumpas terlebih dahulu oleh
pasukan Turatea. Terpaksa mereka menyerah dan sisa-sisa pasukan yang mereka
miliki dijadikan tawanan perang oleh pihak pasukan Turatea.
Dengan menyerahnya
pasukan Gowa, baik yang di darat maupun di pantai, maka berakhirlah peperangan
dengan menyisakan kerugian besar di kedua belah pihak, terutama pihak Gowa
sebagai pihak yang kalah perang. Tapi meskipun perang berakhir, permusuhan
masih tetap berlangsung lama hingga beberapa bulan kemudian.
Tapi setahun
kemudian, diadakanlah perjanjian damai kedua belah pihak. Pasukan Gowa yang
ditahan di Layu dikembalikan ke Gowa, dan Turatea sudah bebas membentuk
kerajaan sendiri sebagaimana yang diperjuangkan selama ini, yaitu KERAJAAN BINAMU.
Begitulah… Kerajaan Binamu yang bersumber dari kare Layu telah terbentuk. Sebuah kerajaan otonom
dan berdiri sendiri, tanpa harus mengabdi ke Gowa dan mengikuti kehendak
Sombayya ri Gowa lagi. sekian…<joe>
Apa ada bukti sejarah terjadinya Perang antara pasukan dari Kerajaan Gowa dengan pasukan dari Turatea? Tahun berapa terjadinya perang tersebut?
BalasHapusReferensi tdk mencantumkan angka thn terjadinya peperangan, tp jika dihubungkan dgn pelantikan raja pertama, kayaknya terjadi sekitar tahun 1600-an (abad ke-17). untuk bukti berupa prasasti atau monumen mgkn tdk ada. tp konon, nama kmpg MARAYOKA di Bangk Brt diambil dr kata "Marrang" (teriak) dan "Ayoka" (pasungan). krn prajurit Gowa yg kalah perang berteriak2 krn dipasung. wallahu a'lam.
BalasHapusMarayoka terletak di Bangkala Kanda bukan di Bangkala Barat. :D sekedar info.
BalasHapusdari sejarah kami orang sumbawa bahwa tercatat ada seorang permaisuri dari kerajaan bugis binamu telah melarikan diri ke sumbawa dengan membawa putra putrinya dan dayang-dayangnya ketika suaminya sebagai raja meninggal dan digantikan oleh adik iparnya, karena kecewa permaisuri tersebut melarikan diri kesumbawa bersama anak-anaknya dan anak-anaknya menikah sama adipati kerajaan sumbawa, salah satu anaknya yang perempuan bernama lala saragialu daeng talebang, dan keturunanya sampe sekarang banyak disumbawa
BalasHapus