-->

Apa Itu Israiliyyat?

Jufri Daeng Nigga | 11:01 PM | |
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Pengertian Israiliyyat
Secara etimologis, Israiliyyat merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyyah, sebuah nama yang dinisbahkan kepada kata Israil (bahasa Ibrani) yang berarti ‘Abdullah (hamba Allah). Dalam pengertian lain, Israiliyyat dinisbahkan kepada Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim. Terkadang Israiliyyat identik dengan yahudi, kendati sebenarnya tidak demikian. Bani Israil merujuk kepada garis keturunan bangsa, sedangkan Yahudi merujuk pada pola pikir, termasuk di dalamnya agama dan dogma. Menurut az-Dzahabi, perbedaan Yahudi dan Nasrani, bahwa yang disebut terakhir ini ditujukan kepada mereka yang beriman kepada risalah Isa as. Dua kelompok masyarakat ini menurut Quraish Shihab, yang minimal disepakati oleh seluruh ulama dinamakan Ahl al-Kitab.

Menurut Ahmad Khalil Arsyad, israiliyyat adalah kisah-kisah yang diriwayatkan dari Ahl al-Kitab, baik yang ada hubungannya dengan agama mereka ataupun tidak. Dalam pendapat lain dikatakan bahwa israiliyyat merupakan pembaruan kisah-kisah dari agama dan kepercayaan non-Islam yang masuk ke jazirah arab islam yang dibawa oleh orang-orang yahudi yang semenjak lama berkelana ke Arab Timur menuju Babilonia dan sekitarnya, sedangkan Barat menuju Mesir.

Pada mulanya, perkataan israiliyyat itu menunjuk pada kisah yang diriwayatkan dari sumber Yahudi. Akan tetapi para ulama tafsir dan hadits mengatakan, pengertian israiliyyat lebih dari itu. Israiliyyat adalah semua cerita lama yang bersumber dari Yahudi, Nasrani, atau cerita lain yang masuk ke dalam tafsir dan hadits, termasuk juga cerita baru yang dimasukkan oleh musuh-musuh Islam, baik yang datang dari Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya, untuk merusak aqidah islam dan kaum muslimin.

Secara terminologi, Israiliyyat merupakan budaya Yahudi yang bersumber dari Taurat dan Zabur, termasuk seluruh keterangannya yang penuh dengan cerita dongeng dan khurafat serta batil, yang mereka kembangkan dari masa ke masa.

Yahudi adalah sebutan bagi bani Israil. Ketika Nabi Muhammad SAW Isa lahir pengikutnya disebut nasrani. Yahudi dan Nasrani keduanya disebut Ahl Kitab yang ada hubungannya dengan ajaran-ajaran agama mereka maupun yang tidak ada hubungannya.

Masuknya orang Yahudi dan Nasrani ke dalam lingkungan Islam, baik sebagai muslim ataupun dzimmi membantu tersebarnya Israiliyyat dikalangan umat islam. Akibatnya setelah tiba di zaman pembukuan Tafsir Al Quran, banyak Israiliyyat yang terbukukan dalam tafsir. Tetapi bukan sebagai sumber hukum dan aqidah, tetapi sebagai ilustrasi atau istisyhad, khususnya tentang kisah-kisah Nabi Muhammad SAW keturunan Bani Israil. Sekalipun ada Israiliyyat yang dibenarkan namun pada umumnya mengandung kebatilan dan nilai-nilai yang tidak islami.

Sejarah Timbulnya Israiliyyat
Pada saat Islam berkembang banyak bangsa yang masuk islam dengan berbagai latar belakang sosial maupun budaya. Ada yang masuk islam dengan ikhlas dan kesadarannya, tetapi ada pula yang di dorong oleh motivasi tertentu. Penegasan maksud-maksud tertentu itu dijelaskan dalam ayat al-Qur’an: “orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS. Al Baqoroh 2:120).

Perkembangan Islam sangat pesat di zaman Nabi Muhammad SAW Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin. Pada saat Nabi Muhammad SAW Muhammad SAW wafat, dan pada awal Abu Bakar menjadi khalifah, sudah muncul gerakan Riddah yang menolak ajaran Islam dan kufur dengan motif ingin melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Motif ini semakin menjadi-jadi setelah perjalanan politik Islam tidak begitu mulus. Seperti di zaman Nabi Muhammad SAW, terjadi banyak perselisihan, munculnya sektarianisme dan perbedaan pandangan politik, yang menyebabkan perbedaan pandangan dalam teologi. Kontak-kontak tersebut telah mendorong pula lahirnya Israiliyyat. Kemunculan Israiliyyat ini tidak bisa dihindari karena orang-orang Yahudi sejak dahulu kala berkelana ke arah timur menuju Babilonia dan sekitarnya serta ke arah Barat menuju Mesir. Setelah kembali ke negeri asal, mereka bawa pula mermacam-macam berita keagamaan yang dijumpai di negeri-negeri yang mereka singgahi.

Dengan masuknya Ahl Kitab itu ke dalam Islam, maka terbawa pulalah bersama mereka itu kebudayaan mereka tentang berita dan kisah-kisah agama. Ketika mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Al-Qur’an, maka mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka. Sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW tertegun mendengar kisah-kisah yang dikemukakan oleh Ahl Kitab itu. Namun mereka tetap menurut perintahnya. Janganlah kamu benarkan Ahl Kitab dan jangan pula kamu dustakan. Dan katakanlah, kami percaya kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami. Kadang-kadang terjadi diskusi antara sahabat dengan Ahl Kitab itu, mengenai uraian yang terperinci. Adakalanya sahabat menerima sebagian dari apa yang dikemukakan oleh Ahl Kitab itu selama masalah ini tidak menyangkut akidah dan tidak berhubungan dengan hukum-hukum.

Demikianlah berita-berita yang dibawa oleh orang Yahudi yang telah masuk Islam. Yaitu yang berkaitan dengan Israiliyyat, hal ini sudah terbiasa bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Berpindahnya Israiliyyat dari orang Yahudi karena orang Yahudi banyak yang bergaul dengan orang islam, semenjak permulaan Islam hijrah ke Madinah. Sahabat tidak ada yang mengambil berita terperinci dari Ahl Kitab, kalau ada jumlahnya itu sedikit sekali, atau jarang terjadi.

Sumber-Sumber Israiliyyat
Ada beberapa sumber tentang israiliyyat dalam tafsir al-Quran yang di duga keras banyak mengambil cerita-cerita israiliyyat, di antaranya:

Jami’ al-Bayan fi Tafsir Alquran
Tafsir ini disusun oleh Ibn Jarir al-Thabari (224-310 H), seorang yang terkenal dalam bidang fiqih dan hadis, di samping ahli tafsir. Namun harus di catat bahwa karya beliau ini banyak terjerumus dalam kesalahan, karena beliau sering menyebutkan dalam kitab tafsirnya riwayat-riwayat israiliyyat yang disandarkan kepada Ka’b al Akhbar, kitab tafsir al-Thabari ini banyak mengandung riwayat-riwayat yang lemah, tertolak dan dha’if[4].

Tafsir muqotil
Tafsir ini disusun oleh Muqotil bin Sulaiman (w. 150 H). tafsir ini terkenal sebagai tafsir yang sarat dengan cerita israiliyyat, tanpa memberikan sanad-sanadnya sama sekali. Di penjelasannya, mana yang hak dan mana yang batil. Al-Dzahabi menemukan kejanggalan dalam tafsir ini, karena hanya sedikt saja yang diberikan isnad oleh muqotil. Contohnya yang diceritakan dalam tafsir ini hampir merupakan bagian dari cerita khurafat[5].

Tafsir al-Kayaf wa al-Bayan
Penulis tafsir ini ibn Ibrahim al-Tsa’labi al-Naisabury.panggilannya abu ishaq yang wafat tahun 427 H Ia menafsirkan Alquran berdasarkan hadis yang bersumber dari ulama salaf. Sayangnya, dalam manukil sanad-sanad hadis, ia tidak mencantumkan secara lengkap. Tafsir ini membahas nahwu dan fiqih; karena ia seorang pemberi nasehat, maka ia senang dengan kisah-kisah. Oleh karena itu dalam kitab tafsirnya ini banyak cerita israiliyyat yang janggal dan cenderung menyimpang dari kebenaran.

Tafsir Ma’alim al-Tanzil
Tafsir ini ditulis oleh syaikh Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad al-Baghawiy, menurut Ibn Taimiyah , tafsir ini merupakan tafsir dari ringkasan  karya al-Tsa’labiy, akan tetapi ia menjaga tafsirnya dari hadis-hadis maudhu’ dan pendapat-pendapat yang bid’ah. Namun menurut al-Dzahabi, tafsir ini justru banyak mengandung kebatilan.

Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’aniy al-Tanzil
‘Ala al-Din al-Hasan, ‘Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Am,r ibn Khalil al-Syaibiy (678-741 H.) dikenal penulis dari tafsir al-Lubab ini. Sebagai seorang sufi yang senag memberi nasihat, maka tidak heran (kitab-kitab Samisatiyah) di Damaskus, sehingga bacaannya akan kitab-kitab tersebut mempengaruhi tulisan tafsirnya.

Sebagai kitab lainnya yang disebut sebelumnya, kitab tafsir ini juga banyak menukil cerita-cerita israiliyyat dan tafsir al-Tsa’labiy. Dalam menukilkan israiliyyat tersebut. Ia tidak menggunakan sistem tertentu dan tidak memberi komentar tentang menukarnya cerita-cerita yang dipaparkannya luput dari sanad.

Tafsir Alquran al-Azhim
Tafsir ini populer dengan sebutan tafsir Ibn Katsir, nama terakhir yang dinisbahkan kepada pengarangnya, yaitu Ibn Katsir, kitab tafsir ini dipandang kitab tafsir kedua setelah al-Thabariy. Pengarangnya selalu memperhatikan riwayat-riwayat ahli tafsir Salaf. Di samping itu, ia membicarakan juga kerajihan hadis dan atasar serta menolak riwayat-riwayat yang munkar.

Perbedaannya  dengan tafsir al-Thabariy, bahwa tafsir al-Thabariy ini selalu meningkatkan para pembaca akan keganjilan dan kemunkaran cerita-cerita israiliyyat dalam tafsire bi al-Ma’tsur. Karena Ibn Katsir juga seorang sejarawan, maka hal itu sangat menolongnya dalam memfilter berita.

Pada dasarnya, cerita-cerita Israiliyyat ini terbagi menjadi 3 kategori:

Pertama, berita yang diakui islam dan dibenarkannya.
Contohnya, seperti yang diriwayatkan Bukhari dan periwayat lainnya, dari Ibn Mas’ud RA, ia berkata: “Seorang rabi Yahudi datang menemui Nabi Muhammad SAW seraya berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menemukan bahwa Allah SWT menjadikan seluruh langit di atas satu jari, seluruh bumi di atas satu jari, pepohonan di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu jari, lalu Dia berfirman: ‘Akulah al-Malik (Raja Diraja).” Rasulullah SAW tertawa mendengar hal itu hingga tampak gigi taringnya membenarkan ucapan sang rabi tersebut, kemudian beliau membaca ayat, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. az-Zumar: 67).

Kedua, berita yang diingkari islam dan didustakannya.
Contohnya, seperti yang diriwayatkan Bukhari, dari Jabir RA, ia berkata: “Orang-orang Yahudi mengatakan: ‘bila suami menyetubuhi isterinya dari arah belakang, maka anaknya akan lahir bermata juling.’ Lalu turunlah Firman Allah SWT: “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. al-Baqarah: 223).

Ketiga, berita yang tidak diakui islam dan tidak pula diingkarinya.
Contohnya, dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Ahl Kitab biasanya membaca Taurat dengan bahasa Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam. Maka Rasulullah SAW berkata: ‘Janganlah kalian benarkan Ahl Kitab dan jangan pula mendustakannya tapi katakanlah (firman Allah SWT): ‘Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (QS. al-‘Ankabut: 46).

Tetapi berbicara mengenai kategori ketiga, dibolehkan bila tidak khawatir membuahkan larangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “Sampaikanlah dariku sekali pun satu ayat, dan berbicaralah mengenai Bani Israil sesukamu. Barangsiapa yang mendustakanku secara sengaja, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di api neraka.” (HR. Bukhari).

Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari mereka, tidak banyak manfaatnya bagi kepentingan agama, seperti ingin menentukan warna apa anjing yang menyertai Ashabul Kahfi di dalam gua, dan sebagainya.

Adapun bertanya kepada Ahl Kitab mengenai sesuatu dari ajaran agama kita, maka hal itu haram hukumnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Janganlah kalian tanyakan kepada Ahl Kitab mengenai sesuatu pun sebab mereka tidak bisa memberi hidayah kepada kalian sementara mereka sendiri telah sesat. Jika kalian lakukan itu, berarti kalian telah membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Sesungguhnya andaikata Musa masih hidup di tengah kalian, pastilah ia akan mengikutiku.”

Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasanya ia berkata: “Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian bertanya kepada Ahl Kitab, padahal kitab yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW kalian itu adalah semata-mata informasi paling baru mengenai Allah yang tidak pernah lekang. Allah telah menceritakan kepada kalian bahwa Ahl Kitab telah mengganti Kitabullah dan merubahnya lalu menulisnya dengan tangan mereka sendiri. Lalu mereka mengatakan, ‘Ia berasal dari Allah agar mereka membeli dengannya harga yang sedikit. Tidakkah melalui ilmu yang dibawa-Nya, Dia melarang kalian untuk bertanya kepada mereka (Ahl Kitab)? Demi Allah, kami sama sekali tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepada kalian mengenai apa yang telah diturunkan kepada kalian.”

Sikap Ulama Terhadap Israiliyat
Para ulama, khususnya ahli tafsir berbeda pendapat mengenai sikap terhadap Israiliyat ini:
Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dengan dirangkai dengan sanad-sanadnya. Pendapat ini berpandangan bahwa dengan menyebut sanadnya, berarti ia telah berlepas diri dari tanggung jawab atasnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Ibn Jarir ath-Thabari.
Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dan biasanya menanggalkan sama sekali sanad-sanadnya. Ini seperti pencari kayu bakar di malam hari. Cara seperti ini dilakukan al-Baghawi di dalam tafsirnya yang dinilai oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah sebagai ringkasan dari tafsir ats-Tsa’alabi. Hanya saja, al-Baghawi memproteksinya dari dimuatnya hadits-hadits palsu dan pendapat-pendapat yang dibuat-buat. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyebut ats-Tsa’alabi sebagai seorang pencari kayu bakar di malam hari di mana ia menukil apa saja yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir baik yang shahih, dha’if mau pun yang mawdhu’ (palsu).
Di antaranya mereka ada yang banyak sekali menyinggungnya dan mengomentari sebagiannya dengan menyebut kelemahannya atau mengingkarinya seperti yang dilakukan Ibn Katsir.
Di antara mereka ada yang berlebih-lebihan di dalam menolaknya dan tidak menyebut sesuatu pun darinya sebagai tafsir al-Qur’an seperti yang dilakukan Muhammad Rasyid Ridha. 
=============================================================

Artikel Lainnya:

Tidak ada komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!