Berikut ini saya sajikan penjelasan mengenai
perayaan Maulid Nabi Muhammad saw yang saya rangkum dari blog www.muslim.or.id.
Semoga permasalahan yang selalu menjadi polemik setiap tahunnya ini dapat
dipahami secara ilmiah dan juga menyeluruh.
Bagi pihak yang kontra, harap menyimak
penjelasan-penjelasan berikut dengan seksama, hati yang tenang dan pikiran
yang jernih, agar tidak muncul
prasangka-prasangka buruk. Semisal prasangka bahwa melarang perayaan Maulid
adalah mengkafirkan dan menyesatkan setiap orang yang mengikuti perayaan
tersebut. Semoga Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Selamat Membaca…‼!
*******
Antara Cinta Nabi dan
Perayaan Maulid Nabi
Alhamdulillah hamdan
katsiron thoyyiban mubarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu
alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asy-hadu anna Muhammadan ‘abduhu
wa rosuluh. Allahumma sholli ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi
wa sallam.
Saudaraku yang semoga selalu mendapatkan
taufik Allah Ta’ala. Nabi kita Muhammad saw adalah penutup para Nabi, tidak ada
Nabi lagi sesudah beliau. Beliau memiliki kedudukan yang mulia dengan syafa’at
al ‘uzhma pada hari kiamat kelak. Itulah di antara keistimewaan Abul Qosim,
Rasulullah saw.
Seorang muslim punya kewajiban mencintai beliau
lebih dari makhluk lainnya. Inilah landasan pokok iman.
Engkau Harus
Mencintai Nabimu
Saudaraku, itulah yang harus dimiliki setiap
muslim yaitu hendaklah Nabinya lebih dia cintai dari makhluk lainnya. Mari kita
simak bersama firman Allah Ta’ala: “Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah: 24).
Ibnu Katsir mengatakan: “Jika semua hal-hal
tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan
Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” (Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/124).
Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa
mencintai Rasul dari makhluk lainnya adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang
mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya.
‘Abdullah bin Hisyam berkata: “Kami pernah
bersama Nabi saw dan beliau memegang tangan Umar bin Khattab ra, lalu Umar ra.
berkata: “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu
kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi saw berkata: “Tidak, demi yang
jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih
engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ‘Umar berkata: “Sekarang, demi
Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian
Nabi saw berkata: “Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR.
Bukhari).
Al Bukhari membawakan dalam kitabnya: Bab
Mencintai Rasul saw adalah bagian dari iman.
An Nawawi membawakan dalam Shahih Muslim: Bab
Wajibnya Mencintai Rasulullah saw lebih dari kecintaan pada keluarga, anak,
orang tua, dan manusia seluruhnya. Dalam bab tersebut, Anas bin Malik
mengatakan bahwa Rasulullah saw Bersabda: “Salah seorang di antara kalian tidak
akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan
seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semua Cinta Butuh
Bukti
Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua
cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi saw adalah ittiba’
(mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ingatlah,
ketaatan pada Nabi saw adalah buah dari kecintaan.
Penyair Arab mengatakan: Sekiranya cintamu
itu benar niscaya engkau akan mentaatinya; Karena orang yang mencintai tentu akan
mentaati orang yang dicintainya.
Cinta pada Nabi saw bukanlah dengan
melantunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun enggan mengikuti sunnah
beliau. Hakikat cinta pada Nabi saw adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap
ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga
akan semakin mentaatinya.
Dari sinilah sebagian salaf mengatakan:
“Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk
mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Katakanlah: “Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali
Imron: 31).
Seorang ulama mengatakan: Yang terpenting
bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau
bisa dicintai-Nya.
Yang terpenting bukanlah engkau mencintai
Nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta
nabimu. Begitu pula, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun
yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya. (Lihat Syarh ‘Aqidah
Ath Thohawiyah, 20/2).
Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa
pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala
berfirman: “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Qs. An-Nisa’: 80).
Rasulullah saw juga memerintahkan kita untuk
berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits:
“Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulaur Rasyidin yang
mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut
dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani
mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37).
Salah seorang Khulaur Rasyidin dan manusia
terbaik setelah Nabi saw, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq ra. mengatakan: “Tidaklah
aku biarkan satupun yang Rasulullah saw amalkan kecuali aku mengamalkannya
karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR.
Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih).
Itulah saudaraku di antara bukti seseorang
mencintai nabinya saw yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap
ajarannya.
Kebalikan Cinta
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa di
antara bukti cinta adalah mentaati dan ittiba’ pada Nabi saw Berarti kebalikan
dari hal ini adalah enggan mentaatinya dan melakukan suatu ibadah yang tidak
ada ajarannya. Karena sebagaimana telah kami jelaskan di muka bahwa setiap
orang pasti akan mentaati dan mengikuti orang yang dicintai.
Dari sini berarti setiap orang yang melakukan
suatu ajaran yang tidak ada tuntunan dari Nabinya dan membuat-buat ajaran baru
yang tidak ada asal usulnya dari beliau, walaupun dengan berniat baik dan
ikhlash karena Allah Ta’ala, maka ungkapan cinta Nabi pada dirinya patut
dipertanyakan. Karena ingatlah di samping niat baik, seseorang harus mendasari
setiap ibadah yang dia lakukan dengan selalu mengikuti tuntunan Nabinya saw
Itulah yang engkau harus pahami saudaraku, sebagaimana engkau akan mendapati
hal ini dalam perkataan Fudhail berikut.
Fudhail bin ‘Iyadh tatkala berkata mengenai
firman Allah: “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya.” (QS. Al Mulk [67]: 2), beliau mengatakan: “Yaitu amalan yang paling
ikhlas dan showab (sesuai tuntunan Nabi saw).”
Lalu Fudhail berkata: “Apabila amal dilakukan
dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi saw, amalan tersebut tidak akan
diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau
saw namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” (Jami’ul
Ulum wal Hikam, hal. 19).
Perkataan Fudhail di atas memiliki dasar dari
sabda Nabi saw Beliau juga bersabda: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang
bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
Itulah saudaraku yang dikenal dengan istilah
bid’ah. Amalan apa saja yang tidak mengikuti tuntunan beliau saw akan tertolak,
walaupun yang melakukan berniat baik atau ikhlash. Karena niat baik semata
tidaklah cukup, sampai amalan seseorang dibarengi dengan megikuti tuntunan Nabi
saw.
Tidak ada komentar:
Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!