Ballo’ atau tuak (arak), merupakan minuman
khas dari Sulawesi Selatan. Terdiri dari 2 macam rasa: rasa pahit bercampur
kecut (yang memabukkan), dan rasa manis (sebagai bahan baku gula merah).
Jenisnya juga macam-macam, kalau dari pohon
Nipa namanya Ballo’ nipa (inru’), kalau dari beras yang diragi namanya ballo’
ase, dan kalau dari pohon tala’ (lontar/siwalan) namanya Ballo’ tala’.
Pada jaman dulu, di Sulawesi Selatan, Ballo’
dijadikan sebagai minuman pelengkap jika raja mengadakan pesta perjamuan di
istananya. Begitu juga saat menghadapi perang, para prajurit kerajaan sengaja
menenggak Ballo’ terlebih dahulu, agar di medan perang tidak merasa gentar dan
semakin gagah berani menghadapi lawan.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Ballo’
bukan lagi sekedar sebagai sajian eksklusif kerajaan. Tapi sudah menjadi trend
tersendiri di kalangan masyarakat luas, tak terkecuali di masyarakat Turatea
itu sendiri.
Para penikmat Ballo’ (painung Ballo’),
biasanya berasal dari kalangan pemuda hingga orang tua. Bahkan di beberapa
tempat, kaum hawa juga terkadang ikut serta, terutama yang frustasi menghadapi
hidup ataupun sekedar mencari sensasi.
Di Jeneponto, Ballo’ cukup mudah diperoleh.
Itu karena hampir di setiap sudut wilayah ini, banyak orang yang bekerja
sebagai Pae’ba’ Ballo’ (Pembuat Arak). Cara membuatnya pun cukup mudah. Cukup
menyediakan pisau tajam (bassi pangnge’ba’), alat panjat (Tanrang), wadah
(tongka), dan juga alat pengerik (pengngepeki), Ballo’ sudah bisa diperoleh.
Disamping mudah memperolehnya, Ballo’ juga
adalah minuman yang murah meriah. Jika dibandingkan dengan minuman keras
botolan yang di jual di toko-toko, harganya cukup mahal, Ballo’ masih menjadi
pilihan utama bagi kalangan masyarakat bawah karena harganya yang sangat murah.
Cukup merogoh selembar uang sepuluh ribu, mereka sudah bisa berpesta pora
sampai puas.
Tapi berbicara tentang ballo’, khususnya
ballo’ tala’, bagaimana sih cara membuatnya sehingga para pae’ba Ballo’ bisa
mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan?
Agar bisa memperoleh ballo’, maka ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
- Pohon tala’; Pohon tala’ merupakan pohon yang dapat menghasilkan ballo’. Tetesan ballo’ di dapat dari bunga jantan mudanya (tu’ra) yang sudah dilukai ujungnya. Tidak semua tala’ berpotensi menghasilkan ballo’.
- Tanrang; Tanrang adalah tangga unik yang dipakai untuk memanjat pohon tala’. Dikatakan unik, karena Tanrang terbuat dari bambu panjang yang lubangnya berjejer horizontal. Setiap lubangnya di pasangi balok secara bergantian kiri dan kanan, yang berfungsi sebagai tempat pijakan kaki saat memanjat.
- Tongka; Seperti halnya Tanrang, tongka juga terbuat dari bambu yang di potong pendek, tapi kadang juga menggunakan jerigen sebagai penggantinya. Fungsinya untuk menampung tetesan ballo’. Biasanya di pasang di ujung tu’ra yang meneteskan ballo’.
- Pisau tajam; Pisau ini harus tajam. Karena tugasnya untuk melukai ujung tu’ra agar bisa meneteskan air ballo’.
- Pangngepeki; Pangngepeki dipakai untuk mengerik tu’ra yang sudah dilukai ujungnya.
Setelah alat-alat tersebut sudah
dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah membuat ballo’.
Ada sesuatu yang menarik dari hasil interview
saya terhadap salah seorang pae’ba ballo’. Katanya, untuk mendapatkan ballo’ dengan
hasil yang memuaskan, maka kita harus pintar-pintar mengerik tu’ra agar tidak
cepat kehabisan air. Tu’ra yang dikerik secara serampangan akan cepat kering, dan
pada akhirnya mengecewakan. Tapi jika sudah berpengalaman, maka tu’ra tersebut
dapat menghasilkan tetesan ballo’ hingga berjam-jam, bahkan berhari-hari.
Biasanya dalam satu tangkai tu’ra, bisa menghasilkan ballo’ sebanyak 1 - 2
tongka…
Menariknya, dari tu’ra yang sama dapat
menghasilkan ballo’ dengan rasa yang berbeda. Kenapa bisa? Bagaimana caranya?
Masih dari sumber yang sama. Katanya, untuk
mendapatkan ballo’ tanning (tuak manis), maka tongka yang akan di pakai untuk
menampung tetesan dari tu’ra tersebut, harus di cuci bersih. Kalau perlu pakai
sabun.
Tapi kalau kita ingin membuat ballo’ kacci
(tuak kecut), maka tongka tersebut tidak boleh di cuci bersih. Biarkan
sisa-sisa ballo’ dari hasil sadapan kemarin hingga beberapa hari yang lalu,
menggumpal di dalam tongka. Itu akan membuat hasil sadapan menjadi berbeda dari
segi rasa…
Selain itu, biasanya para pae’ba ballo’ yang
sudah berpengalaman, menambahkan ramuan tertentu ke dalam tongkanya, yang di
ambil dari pepohonan sekitar.
Dari informasi ini, saya berkesimpulan bahwa
ternyata tidak semua orang bisa menjadi pae’ba ballo’ yang profesional.
Dibutuhkan keahlian dan ketekunan tersendiri untuk menggelutinya…hmmmm…
Tapi lebih dari itu, ada satu hal yang tidak
boleh dilupakan. Bahwa ulama sudah bersepakat bahwa ballo’ merupakan bagian
dari khamar. Sementara khamar adalah sesuatu yang najis dan diharamkan oleh
Allah swt. Wassalam***
Very informative post! There is a lot of information here that can help any business get started with a successful social networking campaign! Please check out my web situs as well and let me know what you think.
BalasHapusterimakasih infonya , saya ingin mempelajari ini lebih langjut, tentang proses pembuatang secara detail
BalasHapusBrp hrgx itu?
BalasHapus30-50 sibatu
BalasHapusDimana saya bisa membeliny , karna saya ingin mencicipinya
BalasHapushahahahahhaha banyak macam ballo
BalasHapus