-->

ASAL MULA KERAJAAN BINAMU (Bag. 2)

Jufri Daeng Nigga | 11:17 PM | |
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Akibat Kezaliman Gallarrang Mangngasa
Setelah Pari’ba Daeng Nyento’ menuju ke usia renta, maka diangkatlah Nunneng menjadi Kare Layu yang ke 4…!

Seperti biasa, rakyat Turatea berbondong-bondong menuju Gowa untuk kerja bakti (akkusiang). Kali ini, mereka dipimpin langsung oleh Nunneng dan Pari’ba Daeng Nyento (Kare Layu ke 3). Sampai di Gowa, mereka langsung diperintah oleh Gallarrang Mangngasa menuju ke hutan untuk menebang kayu besar.

Setelah pohon itu roboh, Gallarrang Mangngasa memerintahkan untuk menarik kayu tersebut dari ujungnya tanpa dihilangkan ranting dan dahannya.

Melihat kejadian itu, Pari’ba Daeng Nyento’ sebagai pimpinan rombongan merasa kasihan dan naik darah. Maka ia berseru dengan lantang: “Besoki-besoki…! Allappi taung nampa kipara nawa-nawa”. (tariklah…tariklah! Nanti tahun berikutnya baru kita masing-masing berfikir).

Gallarang Mangngasa yang mendengar ucapan itu, langsung mengadu ke Sombayya ri Gowa. Maka dipanggilah Pari’ba Daeng Nyento’ menghadap untuk mempertanggung jawabkan ucapannya. Dihadapan Sombayya, Pari’ba berdiplomasi…

“Beribu ampun, Karaeng! Mungkin Gallarrang Mangngasa salah dengar. Saya cuma bilang: “Besoki-besoki lamunganna binennu, sappeanna birallenu… (Tariklah…tariklah! Waktunya tanaman bibit padimu, petikan buah jagungmu). Maksud hamba, agar mereka bersungguh-sungguh bekerja Karaeng…” Kilah Pari’ba.

Jawaban diplomatis ini menyebabkan Gallarrang Mangngasa tidak mampu membuktikan laporannya. Sehingga Pari’ba lolos dari hukuman sampai ia pulang ke Layu beserta rombongannya…
Sampai di Layu, kekejaman Gallarang Mangngasa masih membekas dihati Pari’ba. Oleh karena itu, ia mengundang para pembesar Layu dan pembesar Kare lainnya di Butta Turatea untuk berunding menyikapi masalah ini.

Setelah berunding cukup lama, pertemuan tersebut menghasilkan lima kesepakatan:
(1). Mengirim utusan ke Gowa untuk menyampaikan bahwa rakyat Turatea sudah tidak mau 
       lagi diperintah Gowa.
(2). Rakyat Layu ingin berdaulat sebagai Kerajaan yang mandiri di Butta Turatea
(3). Rakyat Layu dan semua rakyat dari wilayah kekuasaan Kare-Kare lainnya yang ada di 
       Butta Turatea akan bersatu menghadapi Gowa.
(4). Pemerintah Kare Layu harus membentuk angkatan perang.
(5). Apabila berhasil membentuk sebuah Kerajaan mandiri, maka nama kerajaannya adalah 
       Kerajaan BINAMU.

Selain itu, di pertemuan tersebut disepakati juga bahwa orang yang akan menjadi utusan ke Gowa adalah Daenta Bonto Tangnga dan Gallarrang Embo. Setelah itu, pertemuan ditutup dan masing-masing undangan pulang ke wilayahnya masing-masing, kecuali Daenta Bontotangnga dan Kare Balang.

Rupanya kedua orang tersebut sengaja tidak segera pulang, karena penasaran dengan poin ke 5 dari hasil kesepakatan tersebut diatas, yaitu pemberian nama BINAMU untuk kerajaan barunya kelak. Perlu diketahui bahwa yang mengusulkan nama tersebut adalah Pari’ba Daeng Nyento.

Oleh karena itu, kedua orang ini mempertanyakan ulang kepada Pari’ba, kenapa nama Binamu yang dipilih?

Dengan tenang dan berwibawa, Pari’ba menjelaskan kronologis peristiwa kekejaman Gallarrang Mangngasa di Gowa kepada rakyat Turatea. Tidak lupa pula Pari’ba menjelaskan pernyataan diplomatisnya dihadapan Sombayya sehingga bisa lolos dari hukuman yang mengerikan, yaitu: “Besoki-besoki lamunganna binennu, sappeanna birallenu…!

“Jadi, nama itu saya ambil dari kata “BINE” menjadi kata “BINA”, kemudian “MU” saya ambil dari LAMUNGANNA, sehingga kalau digabung menjadi “BINAMU”. Kata Pari’ba.

Menurutnya, nama itu memiliki nilai historis yang cukup dalam, karena merupakan titik awal dari sebuah pemberontakan dan pembebasan dari kezaliman dan kesewenang-wenangan. Lagipula, nama BINAMU bisa bermakna pembinaan dan bimbingan (BINA), untuk MU (peMUda peMUdi masyarakat Turatea) Itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan ciri khas masyarakat Turatea yang ingin dibina dan juga bisa membina. Tetapi tetap pantang mundur dan tidak mudah menyerah, apalagi jika sudah berhubungan dengan soal SIRI’. Sesuai dengan slogan masyarakat Turatea “Kualleangi Matea Na Latappelaka Sirikku” (lebih baik mati daripada hidup menanggung malu)… <Insya Allah Berlanjut Ke Bag. 3>


Tidak ada komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!