(Ini merupakan sebuah kisah nyata dari Silmia
Rahmah, salah seorang penggemar KATA KATA HIKMAH dimana kisah nyata ini
saya ambil. Saya tertarik mempostingnya karena kisah ini benar-benar membawa Hikmah...)
Mari kita simak kisahnya berikut ini...!
***Sahabat… izinkan aku untuk meminjam waktu kalian
beberapa menit saja untuk melakukan sebuah pengakuan. Aku hanya meminta sahabat
untuk membaca ini sampai tuntas, itu saja.
Tulisan ini sengaja aku buat bukan untuk menggurui,
bukan untuk menasehati, bukan pula untuk menghakimi. Atau jangan pula kalian
mengira aku menulis ini semua untuk mendapat belas kasihan dan perhatian dari
kalian. SAMA SEKALI BUKAN. Aku hanya mencoba untuk berbagi pengalaman hidupku
yang sangat singkat ini, dengan harapan semoga bisa diambil hikmahnya dan menjadi
sebuah pelajaran berharga serta pengingat dalam kehidupanku, maupun kehidupan
kalian. Aamiin!
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Sahabat... Aku saat ini sedang sakit. Penyakit
gagal ginjalku ini masih bersarang di tubuhku, dan (kata ahlinya) tidak akan
bisa disembuhkan. Jadi, dengan kata lain, cuci darah yang kujalani selama lebih
dari 2 tahun belakangan harus terus dijalani seumur hidupku. Kecuali jika aku
melakukan transplantasi ginjal, yang memerlukan biaya minimal 600 juta rupiah.
Sungguh hal yang sangat sulit bagiku dan keluargaku.
Namun, alhamdulillah dalam hatiku ini tak ada
sedikitpun penyesalan karena musibah yang Allah berikan itu, yang ada justru
rasa syukur yang teramat besar pada Allah SWT.
Kisah ini berawal 3 tahun yang lalu, tepatnya bulan
Desember 2009, aku divonis dokter menderita gagal ginjal. Saat itu aku belum
menikah, usiaku 24 tahun, dan memiliki pekerjaan yang cukup memuaskan. Vonis
dokter itu sontak membuat aku dan keluarga kaget, sedih, dan bahkan membuatku
sempat terpuruk. Bagaimana tidak, penyakit itu disertai komplikasi jantung
lemah, gangguan paru-paru, sedikit gangguan hati, dan kista dalam rahimku.
Sehingga dokter pun mengklaim bahwa aku akan sulit sekali, bahkan mungkin
TAKKAN BISA MEMILIKI KETURUNAN.
Dalam waktu singkat, kehidupanku yang saat itu
sangat menyenangkan akhirnya berubah menjadi sebuah kenyataan buruk. Perempuan
mana yang takkan hancur hatinya bila mengetahui tak kan bisa memiliki masa
depan indah dengan suami idaman dan anak-anak yang menggemaskan…?? Tak lama kemudian
aku pun harus kehilangan pekerjaan dan laki-laki yang sedang dekat denganku pun
meninggalkanku. Beberapa waktu aku menjadi perempuan yang sangat lemah,
cengeng, tidak bersemangat, dan selalu berpikiran buruk. Aku sempat marah pada
Allah, dan merasa hidup ini begitu kejam setelah semua “kebaikan” yang aku
lakukan selama ini.
Namun akhirnya aku pun tersadar, mau tak mau
kenyataan pahit ini harus aku jalani. Dan Alhamdulillah aku memiliki keluarga
yang sangat hebat, yang selalu mendukungku, mendampingiku, dan mengingatkanku
agar terus optimis. Akhirnya jam demi jam, hari demi hari, hingga bulan demi
bulan aku lalui dengan sisa-sisa kekuatan yang ku miliki.
Ternyata, jalannya lebih berat dari yang aku
perkirakan. Kesakitan yang kurasakan sungguh luar biasa menguji kesabaranku.
Setiap hari aku harus menahan rasa haus karena air minum yang bisa kuminum
sangat dibatasi. Bayangkan saja, dalam sehari semalam aku hanya diperbolehkan
minum sebanyak 400 cc atau setara dengan 2 gelas air mineral Aqua. Itu pun jika
aku tak makan dengan yang berkuah. Jika aku nekat banyak minum, maka aku akan
merasa mual, (maaf) muntah, sesak nafas, badan terasa linu, pembengkakan pada
wajah, kaki, dan perut, ditambah lagi takkan bisa tidur semalaman. Dan itu pun
tak jarang terjadi padaku setiap harinya karena aku tak tahan menahan rasa
haus, apalagi jika cuaca sedang panas menyengat. Air sirup, jus, es kelapa
muda, cendol, cingcau, es campur, sop buah, buah-buahan, itu semua sudah harus
aku tinggalkan. Dan akhirnya kini, aku pun lupa rasanya seperti apa…
Rasa haus yang menyiksa hanya sebagian kecil derita
yang harus aku tanggung. Jarum suntik berbagai macam ukuran, dari yang terkecil
hingga yang lebih besar dari tusuk gigi pun sudah rutin menyapa tubuhku. Jangan
ditanya rasa sakitnya seperti apa, yang pasti kini tubuhku kini sudah banyak
“lubang” bekas tusukan. Fisikku pun kini sudah berubah. Kulit menghitam, wajah
bengkak, berat badan turun hingga 42 kg, rambut rontok, dan sempat perutku pun
membesar seperti perempuan hamil 7 bulan!
Merasa minder?? Sudah pasti… Sering aku memilih
untuk berdiam diri di rumah ketimbang jalan-jalan atau shopping ke mall seperti
yang dulu sangat suka aku lakukan.
Itu semua hanya sebagian kecil yang kualami selama
3 tahun belakangan ini. Masih banyak sekali kejadian-kejadian yang sering
menguras keringat, air mata, tenaga, waktu, materi, kesabaran, dan kekuatanku
juga keluargaku. Perawat-perawat rumah sakit sudah banyak yang mengenalku
karena saking seringnya aku keluar masuk rawat inap. Supir-supir ambulance pun
sudah biasa karena beberapa kali membawaku ke IGD karena pingsan atau sesak
nafas.
Shopping atau sekedar cuci mata di mall sudah lama
sekali tak pernah aku lakukan. Makan segala macam makanan enak, buah-buahan
atau minuman segar kini menjadi “lampu kuning” buatku. Jangankan untuk
berolahraga ringan seperti jogging, naik sepeda, badminton, atau aerobic yang
dahulu sering aku lakukan, kegiatan dirumah seperti menyapu, mencuci, atau
sekedar merapihkan tempat tidur kini membuatku lemas dan sesak nafas. Hanya
sedikit “kesenangan” yang bisa kulakukan seperti yang biasa kulakukan dahulu.
Tak jarang aku merasa iri melihat kalian yang tanpa
ragu dan mudahnya kalian melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan kalian.
Bermain, bekerja, dan mengasuh buah hati….Ah…!!! Segera kubuang jauh-jauh
pikiran seperti itu.
Kegigihan keluargaku, terutama kedua orang tuaku
untuk bisa menyembuhkanku membuatku tersadar untuk segera bangkit dari
keterpurukan. Entah sudah berapa ratus juta yang dihabiskan untuk pengobatanku
selama 3 tahun ini. Bahkan sempat biaya ongkos naik haji kedua orang tuaku
dengan ikhlas dikorbankan untuk biaya cuci darahku. Belum lagi siang dan malam
setiap harinya mereka selalu mendampingiku, tanpa mengenal lelah dan putus asa.
Padahal usia kedua orang tuaku sudahlah sangat tua dan kondisi kesehatan mereka
pun tak bagus lagi. Melihat pengorbanan dan kasih sayang keluarga ku pun
rasanya tak tega bila aku menyia-nyiakannya dengan hanya terus menyesali,
menangis dan berputus asa tanpa mau berusaha.
Maka, akupun berusaha mencari cara untuk bangkit,
setidaknya memulihkan mentalku terlebih dahulu. Aku memang sempat marah dan
merasa Allah tidak adil padaku. Saat itu, aku berpikir, dosa apa yang telah aku
lakukan sehingga Allah menghukumku dengan ujian hebat ini? Untuk mencari
jawaban dari pertanyaanku itu, aku pun mulai dengan hobi baruku, yaitu membaca
buku. Buku apapun yang berkaitan dengan perjuangan hidup, musibah dan cobaan,
hingga buku keagamaan pun aku baca. Aku memilih untuk membaca buku karena jika harus
berkonsultasi atau “curhat” dengan orang lain, aku merasa malu. Selain itu, aku
pun berusaha sedikit demi sedikit memahami dan mempelajari Al-Qur’an. Kemudian,
pada akhirnya dari sinilah aku mendapatkan jawaban dari banyaknya pertanyaanku
selama ini.
Ketika aku bertanya, mengapa Allah tega memberiku
ujian seberat ini…? Jawabannya aku temukan dalam sabda Rasul, “Kalau seorang
mukmin ditimpa musibah kelelahan, atau keresahan, atau duri yang melukainya,
maka ia menjadi penghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).
dan dalam Al-Qur’an: “Kebaikan apapun yang kamu
peroleh, adalah berasal dari sisi Allah, & keburukan apapun yang menimpamu,
itu dari (kesalahan) dirimu sendiri…” (QS. 4: 79).
Ketika aku bertanya, akankah Allah menolongku untuk
menyembuhkanku…? Jawabannya aku temukan dalam Al-Qur’an: “Ataukah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal (cobaan) belum datang kepadamu… Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. 2: 214).
“Sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa padaKu” (QS. 2: 186).
Ketika aku bertanya, sanggupkah aku menjalani semua
ini…? Allah menjawab dalam Al-Qur’an: “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang
ia kerjakan, dan ia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.” (QS.
2: 286).
Dan ketika aku bertanya, apa sebetulnya dosa yang
mengakibatkan aku mendapat cobaan ini…? Saat itulah aku merasa malu dan mohon
ampun pada Allah, karena jawaban yang kutemukan sungguh sangat tak ku sadari,
dan sangat banyak…
(1). Aku sering melupakan Allah, sering menunda
waktu shalat, bahkan dahulu semasa sekolah pernah juga aku meninggalkan shalat.
shalat 5 waktu yang selalu ku kerjakan entah ikhlas atau tidak. Karena sering
kali aku menunda-nunda waktu shalat. Belum lagi ketika shalat aku masih
memikirkan hal-hal lain, seperti pekerjaan, pacar, makan apa hari ini, atau
apapun itu yang membuatku tidak khusyuk. Apalagi jika sudah hampir habis waktu
shalat atau aku sedang terburu-buru akan mengerjakan hal lain, maka shalat ku
pun aku lakukan secepat kilat…
Padahal, Rasulullah SAW bersabda, “…Barang siapa
yang meninggalkan shalat, maka benar-benar ia telah kafir” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, An-Nasa’i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
“Tidaklah seorang muslim datang kepadanya waktu
shalat fardhu, lalu ia berwudhu dengan baik dan sholatnya khusyu’, melainkan
sholatnya pasti akan menghapus dosa-dosa sebelumnya…” (HR. Muslim).
(2) AKu memang sudah sejak lama menggunakan jilbab.
Tapi, apa tujuanku menggunakan jilbab? Untuk menutup auratkah…?? Atau menutup
kekurangan dari rambutku yang selalu kusut, sulit diatur, berketombe, dan
rontok, agar orang lain tak melihat kejelekkan rambutku…?? Atau hanya sekedar
mengikuti trend dan perkembangan zaman, karena banyak sekali teman-teman yang
menggunakannya…?? Atau mungkin hanya mengikuti perintah orang tua…?? Jika
memang untuk menutup aurat, lalu mengapa aku masih menggunakan jilbab yang
tidak menutup sampai ke dada, dan masih memakai pakaian yang ketat dan tipis
seperti kaus stretch, jeans ketat atau celana legging, dan jenis pakaian trendy
yang lain sehingga bentuk tubuhku masih jelas tampak…?? Dan masih saja aku
membuka jilbab di depan orang-orang yang bukan muhrimku…
Padahal, Allah telah mengingatkan, “…hendaklah
mereka menutupkan kain kudung hingga ke dadanya” (QS. 24: 31). Dan Rasul pun
bersabda, “…para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak lenggok
ketika berjalan. Kepala (rambut) mereka layaknya punduk unta yang condong,
mereka tidak masuk surga dan bahkan tidak akan mencium wanginya …” (HR. Muslim).
(3) Aku pun sering merasa bangga dengan apa yang
kumiliki yang kudapat dari hasil jerih payahku selama bertahun-tahun. Handphone
canggih, motor, pakaian yang selalu up to date, sepatu dan tas bermerk, laptop,
ipad, dan barang-barang lain yang memang sering tanpa sadar sengaja aku
pamerkan… Aku bangga dengan itu semua, namun aku sering lupa untuk bersyukur
dan mengakui bahwa itu semua adalah milik Allah, bukan milikku…
Padahal, Allah berfirman, “Dan infakkanlah
(hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan diri sendiri dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik” (QS. 2: 195).
(4) Aku membaca Al-Qur’an setiap hari, namun
sepertinya sia-sia, karena aku tak pernah menghayati isi kandungan didalamnya.
Bagaimana aku bisa mengamalkannya jika aku masih saja tidak mau berusaha
belajar untuk mengerti isi dari ayat-ayat tersebut…??
Padahal, Allah berfirman, “Dan (ini) sesungguhnya
Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara, tidak ada yang
menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh
alam. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an) ? Dan kamu menjadikan
rezeki yang kamu terima dari Allah justru untuk mendustakan-Nya.” (QS. 56:
77-83).
(5) Aku sering membicarakan keburukan orang lain,
sering berkeluh kesah, dan sering mengumpat atau berbicara kasar. Padahal Allah
berfirman, “Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain
(QS. 49: 12). Dan Rasul pun mengingatkan, "Barangsiapa yang menjaga lisannya,
dan kemaluannya, niscaya ia masuk surga" (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
(6) Aku bekerja keras siang dan malam demi memenuhi
kebutuhan ku sehari-hari. Enam hari dalam seminggu, 8 jam setiap harinya, dan
sudah kuhabiskan waktu kira-kira lebih dari 3 tahun terus menerus seperti itu.
Apa yang kudapat…?? Hanya materi dan kepuasan. Hanya kepuasan dunia yang ku
kejar.
Padahal, “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau
dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya
sekiranya mereka mengetahui” (QS. 29: 64).
Dan masih banyak lagi dosa-dosa yang tak kusadari… Astaghfirullah
al’adziim…
Begitu sombongnya aku menganggap diri ini tak
berdosa…
Begitu sombongnya aku menganggap bahwa
Allah tak adil dengan memberiku cobaan ini…
Begitu sombongnya aku menganggap diri
ini sholeh, telah banyak berbuat baik, dan langsung putus asa ketika cobaan
yang tak seberapa ini (dibandingkan dengan cobaan-cobaan orang lain) menimpaku…
Seketika itu pula aku bersujud mohon ampun pada
Allah. Aku tak lagi marah dan merasa Allah itu tidak adil. Justru yang
kurasakan sekarang adalah aku semakin ingin dekat dengan Allah, karena begitu
besarnya sayang dan cinta Allah padaku…
Seandainya aku tak jatuh sakit, mungkin aku takkan
pernah sadar akan dosa-dosaku yang menggunung.
Dan ketika aku giat berdoa namun Allah tak kunjung
mengabulkan doa-doaku, aku pun bertanya “Mengapa…??” Jawabannya kutemukan dalam
sebuah hadits Qudsi: Tuhan berkata pada malaikat: “Disebelah sana ada seorang
hambaKu yang banyak berbuat dosa, berdoa padaKu. Penuhi dengan segera
permintaannya karena aku sudah jera mendengarkan suaranya. Di tempat lain ada
seorang hambaKu yang sholeh sedang berdoa padaKu. Tangguhkan permintaannya,
karena aku senang mendengar rintihanNya.”
Subhanallah… ternyata Allah sedang menikmati
kebersamaanNya denganku, sehingga Allah masih menangguhkan doa-doaku… :')
Dan segala puji bagi Allah… ditengah ujian hebat
dan keterpurukan ku itu, Allah menganugerahiku sebuah kebahagiaan yang tak
terkira.
Ketika aku merasa rendah diri dalam kondisi
terburukku, ketika aku merasa sangat pesimis dan putus asa bahwa tak akan ada
laki-laki yang bisa menerima penyakitku, segala kekuranganku yang sulit
memberikan keturunan, ketika itu pula Allah mendatangkan seorang pria.
Dia, pria yang ku kenal sejak kecil namun sempat
terpisah selama 13 tahun, datang kembali ke dalam kehidupanku. Ketika aku dalam
kondisi lemah, dan hampir putus asa, dia berani mendatangi orang tuaku, dan
melamarku. Ketika ditanya “kenapa?”, dia hanya menjawab : “jalan inilah yang
Allah takdirkan untukku dan insya Allah aku ikhlas”. Dan ketika aku katakan
bahwa aku tak bisa memberikan keturunan, dia menjawab : “anak bagiku bonus,
kamulah hadiah utamanya.” Subhanallah… menetes air mata ini penuh rasa syukur…
Suamiku tak sempurna, aku pun tak
sempurna. Pernikahan kami tak sempurna, kehidupan kami pun tak sempuna. Tapi
kami yakin bahwa kami dicintai oleh Dia yang Maha Sempurna.
Kehidupan kami memang belum lengkap tanpa kehadiran
buah hati. Tapi kami bisa saling melengkapi. Dan semua terasa sangat lengkap
dengan kehadiran Allah SWT. Karena ada aku, suamiku, dan Dia yang Maha Cinta.
Seandainya Allah tidak meridhoi kami untuk memiliki
buah hati, maka kami pun yakin…Insya Allah kami akan dipertemukan dengan buah
hati kami kelak di akhirat… aamiin…
Sahabat… belajarlah dari apa yang kualami ini…
Pada awalnya memang aku tak mengerti maksud dari
semua cobaan dan ujian hebat ini. Pada awalnya aku merasa menjadi orang paling
nelangsa, merana, dan bernasib buruk. Tak jarang aku mengasihani diri sendiri,
dan merasa iri pada kebahagiaan orang lain…
Namun, segala puji bagi Allah, dengan petunjuk dan
kasih sayangNya, hati ini terbuka dan tersingkaplah segala hikmah dibalik
musibah. Allah memberiku ujian hebat ini karena Dia ingin aku kembali padaNya… Dia
ingin aku belajar mencintaiNya…Dia ingin aku berjalan di muka bumi ini tanpa
dosa-dosa…
Sungguh sulit dan berat perjalanan, namun dibalik
itu semua SELALU TERSELIP KEBAHAGIAAN…
Ini semua karena Dia menyayangiku. Meski tak kumengerti
pada awalnya, hikmah itu pun akhirnya ku mengerti. Sungguh indah cara-Nya
menyayangiku…
Musibah memang datang dengan berbagai macam rupa.
Dari pekerjaan, keluarga, anak, atau bahkan dari kesehatan seperti yang ku
alami. Jika mengaku sebagai hamba Allah, maka musibah akan selalu datang
sebagai ujian. Dan alangkah baiknya bila kita tetap SABAR, IKHLAS, dan SYUKUR.
Meski sulit, kekurangan, berat, banyak halangan, merasa lelah, tertindas,
terluka, atau apapun itu yang kalian rasakan, YAKINLAH SELALU AKAN JANJI ALLAH,
dan YAKINLAH AKAN KASIH SAYANG ALLAH YANG MAHA LUAS. Kini, bagiku SAKIT
bukanlah musibah, tapi ANUGERAH…
Dan sahabat… yang terpenting adalah: JANGAN PERNAH
SIA-SIAKAN KEHIDUPAN yang kalian miliki saat ini. Ada sebuah lagu yang pernah
aku dengar sewaktu zaman sekolah dulu: “Demi masa, sesungguhnya manusia rugi,
kecuali yang beriman dan beramal sholeh. Gunakan kesempatan yang masih diberi,
moga kita takkan meyesal. Masa usia kita jangan disia-siakan karena dia takkan
kembali. Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara:
“Sehat sebelum Sakit
Muda sebelum Tua
Kaya sebelum Miskin
Lapang sebelum Sempit
Hidup sebelum Mati”
Muda sebelum Tua
Kaya sebelum Miskin
Lapang sebelum Sempit
Hidup sebelum Mati”
Jangan sampai kalian menyesal dan menyadari
dosa-dosa setelah musibah yang buruk terjadi dan derita menimpa pada kalian,
seperti yang kualami… Cukuplah hanya aku yang merasakan sakit dan pahitnya
musibah seperti ini. “Jagalah diri kalian sebelum menyesal.
Sedikit tips: Bersyukurlah dari hal-hal
kecil seperti nikmat minum sepuasnya. Mungkin bagi kalian itu sepele, tapi
bagiku, nikmat itu sungguh tak bisa ku nikmati…
So, Banyaklah bersyukur…
So, Banyaklah bersyukur…
Ya Rabb... Janganlah Engkau masukkan
kami ke dalam golongan orang-orang yang sia-sia dan merugi. Sungguh, hanya
dengan pertolonganMu kami selamat dunia dan akhirat. Maka, berilah kami
petunjukMu, dan berilah kami kekuatan iman, kekuatan jiwa dan raga agar tetap
istiqomah berjuang di jalanMu, untuk meraih ampunan dan ridhoMu.
Ampuni kami Ya Rabb…
Ya Hayyu… Ya Qayyum…
Birahmatika Astaghitsu…
Aamiin Ya Rabbal 'alamiin…
Wallahu’alam bish shawab.
Semoga bermanfaat.
Ya Hayyu… Ya Qayyum…
Birahmatika Astaghitsu…
Aamiin Ya Rabbal 'alamiin…
Wallahu’alam bish shawab.
Semoga bermanfaat.
(Salam Cinta… Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!