-->

ASAL MULA KERAJAAN BINAMU (Bag. 3)

Jufri Daeng Nigga | 10:43 PM | |
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Persiapan Perang
Sombayya sangat murka atas keinginan rakyat Turatea untuk mendirikan kerajaan sendiri. Menurutnya ini sebuah pembangkangan. Tepatnya, sebuah pemberontakan terhadap otoritas Sombayya. Maka Ia berdiri dari singgasananya, membentak dan menendang utusan Turatea sambil berkata:
“Segera pulang…! Aku muak melihat kalian… Katakan pada Kare-mu, nanti kau akan merasakan sendiri akibatnya”. Hardik Sombayya kepada utusan Turatea, yakni Daenta Bontotangnga dan Gallarrang Embo.
Mendengar itu, kedua utusan segera meninggalkan istana Gowa dan bergegas pulang menuju Layu, tempat dimana mereka berkonsolidasi dan sebagai pusat pergerakan rakyat Turatea.
Di Layu, para pembesar dan tokoh-tokoh Turatea berkumpul dan berdiskusi tentang kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi, setelah pihak Gowa mengetahui rencana rakyat Turatea untuk mendirikan kerajaan otonom yang terbebas dari pengaruh Gowa.
Maka mereka mengadakan rapat akbar dengan melibatkan semua tokoh dan pembesar dari tujuh ke-Kare-an yang ada. Rapat dipimpin oleh Kare Layu, Nunneng didampingi orang tuanya, Pari’ba Daeng Nyento’. Rapat dilaksanakan di sebuah lapangan luas yang diberi nama: MAERO. Hadir pula ribuan rakyat Turatea untuk memberikan semangat dan keyakinan akan kemampuan mereka dalam membela dan mempertahankan jati diri.
Setelah beberapa usulan mengalir, baik dari Kare Balang maupun dari Kare Manjangloe serta dari pembesar kare-kare lainnya, maka Nunneng sebagai pimpinan rapat mengajukan beberapa poin penting terkait strategi perang untuk disepakati oleh peserta rapat. Adapun poin penting tersebut adalah sebagai berikut:
1). Sebagai Panglima Perang: Daenta Bontotangnga
2). Sebagai Ketua Bahan Makanan/Ekonomi: Daenta Punta Liku
3). Sebagai Ketua Peralatan/Bendahara: Daenta Bontoramba
4). Sebagai Ketua Penasehat/Hakim: Gallarrang Layu (Pari’ba Daeng Nyento’)
5). Panglima-Panglima Devisi:
Devisi I: Gallarrang Tonro Kassi dari ke-Kare-an Kalimporo
Devisi II: Gallarrang Embo dari ke-Kare-an Layu
Devisi III: Gallarrang Balang dari ke-Kare-an Balang
Devisi IV: Gallarrang Boyong dari ke-Kare-an Layu
Semua peserta rapat sepakat dengan usulan tersebut dan segera ditetapkan menjadi sebuah keputusan oleh Kare Layu, Nunneng.
Kemudian untuk menindaklanjuti keputusan tersebut, Pari’ba sebagai Ketua Dewan Penasehat mengusulkan untuk masing-masing devisi segera mengatur pasukannya masing-masing. Semua pasukan menempati posnya masing-masing, dan sebagian pasukan devisi menjadi pasukan pertahanan ibukota yang berpusat di Layu. Selain itu, perlu juga membentuk pasukan cadangan, pasukan khusus dan pasukan pengintai dari pemuda pemudi Turatea yang terpilih, agar angkatan perang semakin mantap dan stabil.
Singkat cerita, usulan ketua dewan penasehat tersebut segera dilaksanakan oleh masing-masing panglima devisi. Mereka harus melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Mereka harus sadar bahwa lawan yang akan mereka hadapi adalah sebuah kerajaan besar dengan armada perang yang tangguh. Kemenangan yang diidamkan akan sulit diraih tanpa perjuangan dan tekad yang bulat. Mereka harus bersatu dalam prinsip: “Abbulo sibatang Accera sitongka-tongka”. Prinsip inilah yang akan menjadi pemantik gelora keberanian dan semangat juang rakyat Turatea itu sendiri.
Oleh karena itu, sebelum rapat ditutup, Nunneng berdiri menyampaikan pidato singkat untuk memberikan semangat dan keyakinan kepada hadirin…
“Hadirin sekalian, para pemuda pemudi Turatea harapan kami. Padamulah kuletakkan tugas membela dan mempertahankan martabat serta harga diri Butta Turatea ini. Kita tidak ingin diremehkan oleh siapapun juga. Meskipun tugas ini berat tapi jangan disia-siakan. Kupanggil kamu untuk menyatukan tekad menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari Gowa”.
“Maeko erokko abbulo sibatang, accera sitongka-tongka. Marilah kita bersatu, satu ucapan, satu tindakan. Jangan kecewakan kami demi tumpah darah dan rakyat Turatea. Jangan khianati leluhurmu hanya karena suapan dari pihak lawan. Majulah pantang mundur sebelum berhasil, “Alleangi matea natappelaka siri’nu, ancuru’ buku-bukunnu tamaona pau-paunu”. Jangan jadi pengejut, lari dari tanggungjawab.
“Manna kammanne buluka lompona nidallekang, tena sukkara’ punna samaturukki”. Inilah harapanku kepadamu. Kami tekankan tugas ini dipundakmu, untuk dilaksankan dengan sebaik-baiknya. Selamat Berjuang…‼!”
Demikianlah Kare Layu mengakhiri pidatonya dan kembali duduk. Kemudian rapat akbar ini dibubarkan oleh Daenta Bontotangnga sebagai panglima perang, setelah memberikan arahan-arahannya kepada para pemuda Turatea…(Insya Allah berlanjut ke Bag. 4).

Artikel Lainnya:

3 komentar:

  1. Sebagai putra yang dilahirkan di Kampung Balang, saya bangga membaca sejarah ini. Balang adalah salah satu pilar penting didalam terbentuknya Kerajaan Binamu. Didalam cerita diatas, Panglima Perang Divisi III adalah Gallarang Balang

    BalasHapus
  2. LS' I am making an encyclopedyn about the kerajaan2 Indonesia for 2016.I like this info.Also,looking for more compledte info about the kerajaan2 Laikang and Bangala until 2014.Thank you"Salam hormat Donald Tick (facebook)and pusaka.tick@kpnmail.nl I can speak Indonesian.

    BalasHapus
  3. bisa saya share tulisan2ta daeng?

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak Sobat...!